Minggu, 10 Maret 2013

KOPENG


DESA WISATA KOPENG - JATENG
DESA WISATA KOPENG - JATENG
Desa Wisata Kopeng menyajikan panorama yang memikat dalam nuansa alam pedesaan dipadu dengan keindahan hamparan tanaman bunga dan sayuran membentuk suasana asri nan menyejukkan.
Desa Wisata Kopeng terletak di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang. Letak geografisnya berada di lereng gunung Merbabu, gunung Telomoyo dan gunung Andong di ketinggian 1450 m dari permukaan laut. Menyajikan panorama yang memikat dalam nuansa alam pedesaan dipadu dengan keindahan hamparan tanaman bunga dan sayuran membentuk suasana asri nan menyejukkan.

Daerah tujuan wisata alam ini berjarak tempuh sekitar 14 km dari kota Salatiga dan sekitar 54 km dari kota Semarang. Berkunjung ke Desa Wisata Kopeng, wisatawan dapat menikmati wisata alam pegunungan, bunga, petik strawberi, berkuda, kerajinan, budaya dan kuliner. Wana wisata Kopeng memiliki beberapa lokasi ideal yang bisa digunakan sebagai rekreasi keluarga, perkemahan, outbond dan acara rapat serta seminar pada institusi.

Di lokasi wisata Kopeng terdapat air terjun Umbul Songo (sembilan mata air). Konon, Umbul Songo merupakan mata air, yang ditemukan oleh para wali pada jaman Demak, untuk mencukupi kebutuhan akan air wudlu. Para wali ini kemudian bersama-sama berdoa memohon kepada Allah S.W.T untuk dimudahkan dalam memperoleh sumber mata air, guna keperluan berwudlu atau bersuci. Permohonan para wali dikabulkan dan keluarlah mata air yang debitnya sangat besar yang dinamakan Umbul Songo. Terdiri dari sumber mata air di sekitar Tekelan, Contre, Tayengan, Selodhuwur dan Kopeng. Agar lengkap berjumlah sembilan buah, kemudian ditambahkan sumber air yang ada di sekitar Peng Jero dan Kali Sati.

Wisata alam Kopeng di lereng Gunung Merbabu yang memiliki ketinggian 3150 m. Hawa dingin pegunungan mulai terasa ketika memasuki daerah wisata Kopeng. Semakin mendekat ke daerah Kopeng pengunjung akan mendapati perkebunan sayur-sayuran segar seperti wortel, kol, kentang, dan sawi.

Di daerah wisata Kopeng terdapat banyak villa-villa yang dilengkapi fasilitas TV dan air Panas, ruang pertemuan, ruang makan, bahkan dapur. Sehingga wisatawan serasa seperti di rumah sendiri disertai halaman parkir yang cukup luas. Para wisatawan juga dapat leluasa menikmati hari-hari libur dan rekreasi.
   
Bagi wisatawan yang memiliki hoby mendaki gunung, bisa mengunjungi Wana Wisata Kopeng. Dan melihat gunung Merbabu dengan diterawangi oleh sinar matahari sore hari. jadinya puncak gunung seperti berkilauan. Belum lagi udaranya yang segar.
DESA WISATA KOPENG - JATENG
Alamat:
Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang, INDONESIA
Provinsi:
Jawa Tengah
  • Kebun Strawberi
Kebun Strawberi
  • Kebun Bunga
Kebun Bunga
  • Umbul Songo

Minggu, 27 Januari 2013

KETOPRAK

Dalam jagad kesenian negeri ini, ketoprak menjadi salah satu icon penting yang menyuguhkan lakon cerita tentang kehidupan dan sejarah kemanusiaan. Ketoprak menjadi media pertunjukan untuk mementaskan cerita dalam  kehidupan dan kearifan Jawa. Ketoprak menjadi media hiburan bagi warga di tengah keringnya kehidupan manusia akibat krisis yang membelit. Semacam oase yang menyejukkan kehidupan warga, media hiburan alternatif yang tetap menguarkan nilai-nilai sejarah dalam setiap fragmen, kearifan lokal dan sindiran kebudayaan yang kental. Di tengah gempuran media radio, televisi, internet dan media lainnya, Ketoprak senantiasa eksis dalam derap kehidupan warga di berbagai daerah.

Selain menjadi media hiburan, pertunjukan ketoprak juga menjadi media cerita sejarah kepada masyarakat. Umumnya, lakon-lakon yang dipentaskan kesenian ketoprak seputar babad, legenda maupun sejarah yang terjadi di berbagai daerah. Cerita-cerita inilah yang kemudian menjadi kokoh dalam kehidupan warga. Cerita tentang kehidupan kerajaan Majapahit, kerajaan Airlangga, kerajaan Demak, kerajaan Ngayogjokarto, tentang kepahlawanan Gajah Mada, Adipati Unus, perjuangan Walisanga, maupun kisah unik jejak kehidupan tokoh Saridin (Syeh Jangkung) dan cerita lain yang familiar dalam kehidupan warga. Dengan demikian, kesenian ketoprak menjadi media penting yang senantiasa menjadi sejarah manusia agar tetap abadi. Pada titik inilah, perjuangan penggiat seni ketoprak patut diapresiasi. Di tengah krisis kebudayaan bangsa ini, perjuangan penggiat kesenian lokal menjadi “ijtihad” penting, agar kesenian dan kekayaan budaya negeri ini menjadi identitas kemanusiaan bangsa.
Akan tetapi, perjuangan pekerja seni ketoprak dalam ngugemi (menjaga) nilai-nilai kearifan lokal dan rekaman sejarah tak sebanding dengan apresiasi yang diterima. Penggiat ketoprak senantiasa asing dari gelegar penghargaan kesenian dan kebudayaan negeri ini. Perjalanan kehidupan penggiat ketoprak senantiasa dibayangi mendung hitam, hal ini dikarenakan biaya hidup semakin tinggi dan hasil pertunjukan kesenian ketoprak semakin memprihatinkan . Padahal, besarnya upah penggiat ketoprak ditentukan banyaknya pagelaran yang dijalani. Tanpa adanya panggilan pertunjukan, penghasilan penggiat ketoprak akan berhenti total. Inilah tragedi kehidupan pekerja kesenian negeri, di tengah agenda nasional dalam mengapresiasi khazanah kebudayaan bangsa.

Grup kesenian ketoprak membutuhkan dukungan dari berbagai pihak agar senantiasa eksis dalam jagad kebudayaan bangsa. Apreasiasi inilah yang akan memperbesar pangsa pasar ketoprak di berbagai daerah. Selain itu, penggiat Ketropak dituntut untuk kreatif dalam merespons perkembangan zaman. Cerita dalam pentas ketoprak diharapkan berkelindan dengan tuntutan penonton. Akan tetapi, naskah cerita juga harus orisinil agar tak melenceng dari struktur cerita yang telah bersemayam dalam gerak kehidupan warga. Pada titik inilah kinerja kreatif penggiat kesenian ketoprak menemukan muaranya. Untuk itu, segmentasi pasar grup ketoprak kian diperkaya berbagai macam pilihan, untuk memenuhi selera pasar. Ketoprak konvensional yang masih memenuhi paugeran (aturan) klasik, seperti urutan cerita yang harus bermula dari jejer kraton dan dialog sepenuhnya menjadi bagian  para pemain, tetap memiliki pasar tersendiri. Selain itu, grup ketoprak yang berubah dengan perkembangan musik dan teater kontemporer, makin diminati. Grup ketoprak seperti ini, memanggungkan naskah cerita yang sesuai dengan kondisi kehidupan warga.
  Ada puluhan grup ketoprak di Getasan yang tetap survive karena permintaan pasar tetap stabil. Diantaranya, Siswo Budoyo, Cahyo Mudho, Langen Marsudi Rini, Wahyu Budhoyo, Bangun Budhoyo, Ronggo Budoyo, Dwijo Gumelar, Kridho Carito, Konyik Pati, Manggala budaya serta beberapa grup ketoprak lain.
Grup-grup ketoprak ini mementaskan berbagai macam lakon, semisal Syeh Jangkung (Andum Waris, Geger Palembang, Ontran-ontran Cirebon, Bedhahing Ngerom, Sultan Agung Tani, Lulang Kebo Landoh), Dalang Sapanyana-Yuyu Rumpung, Babad Juwana (Dewi Rara Pujiwati Gugur, Adipati Patak Warak Mbalelo, Maling Kapa Maling Gentiri), Rara Mendut-Pranacarita, Baron Sekeber-Rara Suli, Anda Rante, Mutamakkin dan lakon lainnya. Selain itu, naskah-naskah cerita  hasil gubahan kreatif sutradara ketoprak juga banyak bermunculan. Cerita-cerita  yang merespon kondisi sosial negeri ini, menjadi “jeda” agar penonton tak bosan dengan cerita yang lama.
Grup-grup ketoprak ini biasanya pentas selain bulan Sura (Muharram) dan Pasa (Ramadhan) dalam penanggalan Jawa. Pada bulan Madilawal, Madilakir, Rejeb, Ruwah, Sawal, Apit dan Besar, grup ketoprak laris tanggapan pentas seperti agenda pernikahan dan khitan.  Akan tetapi, tak semua grup ketoprak yang mendapat undangan pentas stabil setiap tahunnnya. Penggiat grup ketoprak kecil lebih banyak libur daripada menjalani tanggapan pentas. Hal inilah yang seharusnya mendapat perhatian tinggi dari warga negeri ini. Kesenian ketoprak hendaknya dilestarikan sebagai bagian kekayaan kebudayaan negeri ini.
Gerak kehidupan grup ketoprak yang semakin sempit, menjadi hal ironis di tengah agenda kebudayaan bangsa. Warga negeri ini, hendaknya mengapreasiasi grup ketoprak sebagai bagian penting khazanah kebudayaan bangsa. Warga sebaiknya tidak hanya memberikan penghargaan atas perjuangan penggiat ketoprak, akan tetapi undangan pentas lebih berarti daripada sekedar penghargaan sepintas.
Untuk itulah, apresiasi warga dan dukungan pemerintah sangat dibutuhkan untuk melestarikan grup ketoprak di tengah ragam kesenian negeri ini. Pemerintah hendaknya memberikan ruang apreasiasi tinggi pada kelangsungan hidup grup ketoprak, dengan membangun ruang kesenian dan mengadendakan pertujukan resmi secara kontinyu.
Pertunjukan resmi kesenian ketoprak atas prakarsa pemerintah daerah akan memberikan kesejukan bagi penggiat kesenian ketoprak. Dengan demikian, publik akan lebih mengenal ketoprak sebagai kesenian yang memanggungkan kearifan dan nilai-nilai etika kehidupan. Apresiasi warga dan dukungan pemerintah inilah, yang menjadikan grup ketoprak di Getasan dan sekitarnya dan juga berbagai kota besar seperti jogja serta daerah lain senantiasa berdenyut dalam jantung kehidupan negeri ini.

Kamis, 17 Januari 2013

kuda lumping

SEJARAH KUDA LUMPING


Menurut sejarah, asal muasal seni jaranan atau jaran kepang diangkat dari dongeng rakyat tradisional Kediri tepatnya pada Pemerintahan Prabu Amiseno yaitu Kerajaan Ngurawan, salah satu kerajaan yang terletak di Kediri sebelah timur Sungai Brantas. Konon sang Prabu berputera seorang putrid yang sangat cantik nan rupawan tiada banding yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata yang diberi nama Dyah Ayu Songgolangit. Tidak mengherankan kalau kecantikan Songgolangit tersohor di seantero jagad sehingga banyak raja dari luar daerah Kediri yang ingin mempersuntingnya.

Sonngolangit mempunyai adik laki-laki yang berparas tampan, terampil dan trengginas dalam olah keprajuritasn, bernama Raden Tubagus Putut. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan Raden Tubagus Putut mohon pamit pada ayahandanya untuk berkelana dan menyamar sebagai masyarakat biasa. 

Sementara itu di Kerajaan Bantar Angin yang dipimpin oelh Prabu Kelono Sewandono, Raden Tubagus Putut berminat mengabdi/Suwito. Berkat kemampuannya dalam olah keprajuritan ia diangkat menjadi patih kerajaan dan diberi gelar Patih Pujonggo Anom. Prabu Kelono Sewandono mendengar kecantikan Dyah Ayu Songgo Langit dan ingin meminangnya, maka diutuslah Patih Pujonggo Anom untuk melamar ke Kediri. Sebelum berangkat ke Kediri Pujonggo Anom memohon petunjuk kepada Sang Dewata agar dirinya tidak diketahui oleh ayahandanya maupun kakaknya.

Di kerajaan Ngurawan banyak berdatangan para pelamar diantaranya Prabu Singo Barong dari Lodoyo yang didampingi patihnya Prabu Singokumbang. Kedatangan Pujonggo Anom untuk melamar membuat terkejut Songgolangit, karena meskipun Pujonggoanom memakai topeng, ia mengetahui bahwa itu adiknya sendiri. Songgolangit menghadap ayahandanya menyampaikan bahwa Pujonggo Anom itu putranya sendiri. Mendengar penuturan itu maka murkalah sang ayah. Kemudian sang Prabu mengutuk Pujonggo Anom bahwa topeng yang dikenakan pada wajahnya tidak bisa dilepas dari wajahnya. Pujonggo Anom mengatakan pada Songgolangit bahwa lamarannya itu sebetulnya untuk rajanya yaitu Prabu Kelono Sewandono. Akhirnya Songgolangit mengeluarkan suatu Patembaya (sayembara) yang isinya: Dia menginginkan sebuah titian yang tidak berpijak pada tanah; Barang siapa dapat membuat tontonan yang belum ada di jagad ini, dan bilamana digelar dapat meramaikan jagad; serta Pengarak manten menuju ke Kediri harus nglandak sahandape bantala (lewat bawah tanah) dengan diiringi tetabuhan. Barang siapa yang bisa memenuhi permintaan tersebut maka si pencipta berhak mempersunting Dewi Songgolangit sebagai permaisuri.
Pujonggo Anom melaporkan permintaan Songgolangit kepada Prabu Kelono Sewandono. Karena merasa cukup sulit, akhirnya keduanya bersemedi memohon petunjuk Sang Dewata Agung. Dewata memberikan bahan berupa bantang bamboo, lempengan besi serta sebuah cambuk yang disebut Pecut Samandiman. Adapun batang bamboo digunakan untuk membuat kuda kepang yang melambangkan sebuah titian yang tidak berpijak pada tanah, lempengan besi dijadikan bahan tetabuhan yang enak didengar. Dalam waktu singkat Kelono Sewandono beserta Pujonggo Anom sudah bisa memenuhi patembaya Dewi Songgolangit.
Akhirnya pasukan prajurit penunggang kuda dari Bantar Angin menuju Kerajaan Kediri dengan diiringi tetabuhan bisa menjadi tontonan yang belum pernah dilihat oelh masyarakat Kediri. Maka mulailah kesenian itu diberi nama Tari Jaran Kepang yang terdiri dari empat orang sebagai penari yang menggambarkan punggawa kerajaan ang sedang menunggang kuda dalam tugas mengawal raja. Tarian tersebut diiringi oleh satu unit musik gamelan jawa berupa ketuk, kenong, kempol, gong suwukan, terompet, kendang dan angklung. Di lain pihak Prabu Singo Barong merasa kedahuluan oleh Prabu Kelono Sewandono, maka marahlah Singo Barong dan terjadilah perang. Kelono Sewandono unggul dalam peperangan berkat pecut Samandiman. Singo Barong pasrah kepada Kelono Sewandono dan sanggup menjadi pelengkap dalam pertunjukkan jaranan yang digelar di Kerajaan Kediri, karena pada dasarnya mereka sangat menyukai musik gamelan. Dengan bergabungnya Singo Barong dan patihnya Singo Kumbang (celeng) maka genaplah penari jaranan berjumlah enam orang hingga sekarang ini.

Selain seperangkat gamelan, pagelaran jaranan juga membutuhkan sesaji yang harus disediakan dari sang dalang jaranan yang lazim disebut Gambuh antara lain: Dupa (kemenyan yang dicampur dengan minyak wangi tertentu kemudian dibakar), Buceng (berisi ayam panggang jantan dan beberapa jajan pasar, satu buah kelapa dan satu sisir pisang raja), Kembang Boreh (berisi kembang kanthil dan kembang kenongo), Ulung-ulung (berupa seekor ayam jantan yang sehat), Kinangan (berupa satu unit gambir, suruh, tembakau dan kapur yang dilumatkan menjadi satu lalu diadu dengan tembakau). 

Selanjutnya sang gambuh dengan mulut komat-kamit membaca mantera sambil duduk bersila di depan sesaji mencoba untuk berkomunikasi dengan roh leluhur dan meminta agar menyusup ke raga salah satu penari jaranan. Setelah roh yang dikehendaki oleh Sang gambuh itu hadir dan menyusup ke raga salah satu penari maka penari yang telah disusupi raganya oleh roh tersebut bisa menari dibawah sadar hingga berjam-jam lamanya karena mengikuti kehendak roh yang menyusup di dalam raganya. Sambil menari, jaranan diberi makan kembang dan minum air dicampur dengan bekatul bahkan ada yang lazim makan pecahan kaca semprong.




selamat datang

Ruang Komunikasi

BUDAYA GETASAN ADALAH SEBUAH SITUS YANG MEMBAHAS TENTANG BERBAGAI BUDYA DAN TEMPAT-TEMPAT YANG MENARIK DI KECAMATAN GETASAN

Blog-blog Terkait

Arsip

Pojok Blog

widget

Pages

Powered By Blogger

Followers

About Me

Foto Saya
budayagetasan
nama saya andri bn wiwid bin eko p
Lihat profil lengkapku

Minggu, 10 Maret 2013

KOPENG
DESA WISATA KOPENG - JATENG Desa Wisata Kopeng menyajikan panorama yang memikat dalam nuansa alam pedesaan dipadu dengan keindahan h...

Minggu, 27 Januari 2013

KETOPRAK
Dalam jagad kesenian negeri ini, ketoprak menjadi salah satu icon penting yang menyuguhkan lakon cerita tentang kehidupan dan sejarah kema...

Kamis, 17 Januari 2013

kuda lumping
SEJARAH KUDA LUMPING Menurut sejarah, asal muasal seni jaranan atau jaran kepang diangkat dari dongeng rakyat tradisional Kediri te...

 
Template Indonesia | BUDAYA GETASAN
Aku cinta Indonesia